Jurus Pedagang Basreng Bangkit dari Dampak COVID-19
Jumat 10 2024
Edit
Tidak mudah untuk pelaku UMKM bakso goreng atau basreng Maminom bangkit dari COVID-19.
Namun Rena Regina (33) gigih dan bangkit dengan terbantu dari teman.
Kala itu, teman Rena memiliki usaha es teh. Rena pun diminta temannya untuk membuat basreng seharga Rp 5.000 atau goceng. Basreng dijual di tempat usaha es teh milik rekan Rena.
"Inspirasi (bangkit dari COVID-19) dari teman yang punya es teh jumbo. Kita bikin yang goceng. Akhirnya kita maju lagi di situ. Ada dorongan dari mereka dan alhamdulillah sampai sekarang (maju usahanya)," kata Rena, saat ditemui di lokasi usaha Basreng, di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Menurut Rena, ketika pandemi COVID-19, usahanya tetap jalan karena adanya pemesanan basreng dari reseller. Misalnya ada reseller dari Tajur Halang, Bogor yang membeli 200 boks setiap seminggu sekali. Namun tidak bisa dipungkiri jika saat COVID-19, omzet yang diraihnya hanya sekitar Rp 300 ribu per hari. Padahal sebelum covid omzetnya mencapai Rp 1,2 juta-1,5 juta selama dua hari.
Dari inspirasi menjual basreng seharga Rp 5 ribu saat COVID-19, Rena hingga kini tetap memproduksinya. Karena resellernya juga ada yang memesan ukuran Rp 5 ribu. Ada juga basreng dengan berat 100 gram seharga Rp 10 ribu, ukuran 250 gram untuk harga Rp 15 ribu, dan kemasan toples dengan harga Rp 18 ribu dan ukuran 200 gram.
Rena memulai usaha keripik basreng sejak 2017. Awalnya dia hanya iseng-iseng membuat camilan mi lidi setelah pekerjaan rumahnya selesai. Produknya disebar ke teman-temannya. Kemudian ada permintaan dari temannya untuk membuat basreng yang tidak keras.
Dia saat itu membutuhkan modal sekitar Rp 500 ribu. Lalu basreng dititipkan ke teman kerjanya yang merupakan resellernya di kawasan Sudirman, Jakarta. Selain di Sudirman, Rena juga memiliki reseller di Manggarai.
Basreng juga dititipinya di Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat karena orang tuanya bekerja di sana. Kini resellernya semakin banyak hingga berjumlah sekitar puluhan. Rena juga menitipkan basreng ke sejumlah toko. Omzet Rena saat ini mencapai Rp 18 juta-22 juta.
Meski meraih kesuksesan, Rena mengaku memiliki kendala dalam berusaha. Misalnya ada pesaingnya yang meniru apa yang dilakukannya. "Dari toko yang kita taruh, mereka (pesaing) ikut taruh juga. Cuma kita balik lagi yang namanya rezeki nggak ada yang tahu. Kita bersiang, kalau rasa basreng kita enak, mereka (pembeli) akan cari," tutur Rena.
Meski meraih kesuksesan, Rena mengaku memiliki kendala dalam berusaha. Misalnya ada pesaingnya yang meniru apa yang dilakukannya. "Dari toko yang kita taruh, mereka (pesaing) ikut taruh juga. Cuma kita balik lagi yang namanya rezeki nggak ada yang tahu. Kita bersiang, kalau rasa basreng kita enak, mereka (pembeli) akan cari," tutur Rena.
Usaha Rena juga terbantu berkat Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI, setelah pandemi pada 2021. Dia mendapat Rp 50 juta dengan mencicil Rp 1,55 juta selama 3 tahun dengan agunan sertifikat rumah.
Ke depannya, Rena ingin membuat pabrik untuk memproduksi basreng. Saat ini, basreng dibuat di lokasi usahanya yang tidak terlalu luas.
Sumber : detik