Terjun Payung Nurhayati Jalani Legitnya Bisnis Dodol Tiga Generasi
Senin 13 2024
Edit
Dodol D'Tungku Dodol Hj Muhaya di Bojonggede telah dijalani oleh tiga generasi. Generasi ketiga, Nurhayati (37) tadinya tidak tertarik untuk menjalani bisnis dodol. Perempuan yang berprofesi sebagai guru di Bojonggede itu pun akhirnya menekuni bisnis dodol sejak ibunya kerap sakit sekitar tahun 2021. Ibu Nurhayati telah meninggal beberapa bulan lalu.
"Awalnya nggak berminat jualan dodol. Bukan (ciri khas) gue banget. Tapi akhirnya saya terjun payung dari guru ke dodol semenjak ibu saya sakit-sakitan," kata Nurhayati, ketika ditemui di lokasi usahanya, Bojonggede, Bogor, Jawa Barat, beberapa waktu lalu, dan ditulis Selasa (23/4/2024).
Menurut Nurhayati, usaha dodol D'Tungku Hj Muhaya berawal dari neneknya, Amanah sejak tahun 1950. Kemudian bisnis dodol nan legit diturunkan ke ibunya yang bernama Muhaya sejak 1985.
Nurhayati mulai usaha dodol sejak tahun 2021. Nurhayati kini merupakan generasi ketiga usaha dodol. Dia tetap mempertahankan ciri khas dodol neneknya dengan memasak di tungku dengan menggunakan kayu bakar. Hal itu memengaruhi rasa dan tingkat kematangan.
Awalnya dia didorong orang tuanya untuk berbisnis dodol. Sebab orang tua Nurhayati bingung siapa yang harus melanjutkan usaha dodol. Akhirnya setelah Nurhayati mau melanjutkan usaha dodol secara, dia pun tertarik. Sebab usaha dodol tidak menyita waktu.
Dia menghasilkan 36 kg dodol setiap minggunya dan harga dodol Rp 50 ribu per kg, sehingga omzetnya sekitar Rp 1,8 juta per minggu.
Nurhayati juga tetap bisa menjalani profesinya sebagai guru yang telah dijalaninya selama 18 tahun. Sebab dia memliki karyawan yang telah bekerja selama 30 tahun bernama Karna. Karna bekerja membuat dodol dan mengaduknya dari pukul 07.00 WIB hingga 11.00 WIB setiap harinya.
Setelah mengajar, Nurhayati baru bisa menjalankan usaha dodol. Dia mengemas dodol bersama adik iparnya. Nurhayati juga memiliki karyawan yang menjaga toko dodolnya.
Nurhayati menginginkan generasi ketiga dodol D'Tungku Hj Muhaya terkenal sampai ke provinsi Jawa Barat. Minimal terkenal di Kabupaten Bogor. Meski belum terkenal, namun dodolnya telah dibawa oleh orang Indonesia yang pulang ke Dubai. Selain itu juga ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang membawa dodolnya ke Singapura pada 2023.
"Pelaku usaha dodol belum guyub, makanya sama-sama kita majukan dodol Bojonggede. Untuk saat ini saya masih sendiri untuk usaha dodol di Bojonggede," kata Nurhayati.
Nurhayati menerangkan, ada 3 keluarganya yang juga berjualan dodol. Namun mereka berjualan hanya saat bulan puasa. Untuk hari-hari biasa, Nurhayati saja yang berjualan dodol. Nurhayati meneruskan usaha dodol juga karena termotivasi oleh nenek dan kakeknya yang buta huruf. Meski nenek dan kakeknya buta huruf, namun keduanya sukses dari jualan dodol dan memberikan warisan yang banyak untuk anak dan cucunya.
"Nenek kakek buta huruf, nggak sekolah tapi meninggalkan warisan 60 kontrakan, 10 rumah besar, pergi haji 3 kali, umroh beberapa kali dari jualan dodol. (Semua itu), cuma dari jualan dodol, motivasi saya kakek dan nenek," ucap dia.
Sumber : detik