Perubahan Iklim Bisa Membuat Seafood Bahaya untuk Dikonsumsi, Mengapa?

Dampak perubahan iklim makin menjangkau banyak bidang, termasuk masalah makanan. Laporan terbaru dari Otoritas Keamanan Pangan Eropa menyebutkan berbagai jenis makanan laut kin mulai terancam karena perubahan iklim.

Seperti yang diketahui, perubahan iklim meningkatkan suhu laut sehingga makin menghangat. Suhu yang menghangat ini membuat kemungkinan ikan lebih besar menelan virus yang dinamakan Vibrio.

Vibrio dikutip dari laman Mental Floss dalam makanan laut mentah atau setengah matang dapat menyebabkan infeksi bakteri dan penyakit lain seperti demam, muntah, diare. Meskipun biasanya tetap dapat disembuhkan dengan antibiotik, gejala yang sangat parah perlu diperhatikan karena dapat menimbulkan kematian.

Vibrio dan Merkuri Mengintai Seafood

Walaupun langka, Vibrio atau si virus pemakan daging makhluk laut menyebabkan lebih dari 95% kematian yang berkaitan dengan seafood atau makanan laut di Amerika Serikat. Bakteri ini biasanya tumbuh subur di perairan penyu yang hangat.

Namun yang mengerikan adalah jumlahnya diperkirakan akan semakin banyak. Bila suhu laut terus meningkat akibat dari pemanasan global.

Tidak hanya Vibrio, pecinta seafood juga harus khawatir tentang keracunan merkuri. Jika dimakan dalam jumlah banyak, jenis logam beracun tersebut dapat menyebabkan seseorang kebingungan, hilangnya penglihatan, hingga koordinasi tubuh terganggu,

Memang keadaan emisi telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, tetapi emisi menjadi lebih umum pada ikan. Sebagian besar lagi-lagi terjadi karena perubahan iklim.

Ikan besar seperti tuna sirip biru perlu membakar lebih banyak kalori untuk bertahan hidup di lingkungan yang lebih panas. Karenanya mereka harus mengonsumsi lebih banyak makanan.

Bila mereka hidup di wilayah yang penuh dengan sampah plastik hingga merkuri, makanan itu masuk ke dalam tubuhnya. Hal itu membuat tuna sirip biru menjadi terkontaminasi.

Pencemaran Merkuri Pada Akhirnya Bisa Berdampak ke Kesehatan

Dalam hal ini, pemanasan global/perubahan iklim bukan satu-satunya masalah yang menyebabkan merkuri di dalam makanan laut. Merkuri bisa meningkat karena penangkapan yang berlebihan oleh manusia.

Penangkapan ini menyebabkan tidak seimbangnya populasi hingga mengganggu rantai makanan. Ketika sebuah spesies tertentu mulai menghilang dari lautan, predator harus mencari sumber makanan lain untuk bertahan hidup.

Mangsa alternatif dari hal ini mungkin sudah tercemar merkuri. Akibatnya, ikan yang lebih besar memakannya.

Sebagai puncak rantai makanan, manusia akan memakan ikan yang bermerkuri tersebut. Pada akhirnya, tubuh yang disusupi logam beracun tersebut, bisa berimbas pada kesehatan.

Sumber : Detik

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel